https://sereperformance.com/

Kisah Kakek Penjual Tirai Bambu: Melamun Karena Dagangan Belum Laku

sereperformance.com – Di tengah hiruk-pikuk kota yang semakin sibuk, terkadang kita bertemu sosok-sosok yang mengingatkan kita tentang perjuangan hidup. Salah satunya adalah seorang kakek penjual tirai bambu yang sering terlihat duduk di pinggir jalan, menunggu pelanggan yang jarang datang. Dengan dagangan sederhana yang ditata rapi, ia mencoba bertahan di tengah gempuran zaman modern.

Semangat yang Tak Padam

Kakek tersebut bernama Pak Rahman, seorang pria tua berusia sekitar 70 tahun. Setiap pagi, ia memikul tirai-tirai bambu yang sudah dibuatnya sejak subuh. Dengan langkah pelan, ia menuju tempat favoritnya di salah satu sudut jalan pasar kota. Namun, hari itu terlihat berbeda. Pak Rahman duduk termenung di bangku kayu kecil. Pandangannya kosong, seolah memikirkan sesuatu yang berat.

Ketika ditanya, Pak Rahman tersenyum tipis. “Hari ini belum ada yang beli,” katanya singkat. Ia bercerita bahwa dagangan tirai bambu sudah mulai kalah saing dengan tirai plastik atau gorden modern. Meskipun demikian, ia tetap membuat tirai-tirai ini karena itu adalah keterampilan yang diwariskan keluarganya.

Kenangan di Setiap Tirai

Tirai bambu yang dijual Pak Rahman bukan sekadar barang biasa. Setiap anyaman memiliki cerita, karena dibuat dengan tangan penuh cinta. “Dulu, banyak orang yang pakai tirai bambu di rumah. Sekarang, mungkin dianggap kuno,” ujarnya sambil mengelus salah satu tirai dengan motif sederhana.

Pak Rahman melanjutkan ceritanya bahwa tirai bambu memiliki keunggulan tersendiri, seperti mampu menahan panas dan memberikan nuansa alami pada rumah. Namun, dengan perkembangan zaman, produk tradisional seperti ini semakin tersingkir.

Harapan di Tengah Kesulitan

Meskipun dagangannya sulit terjual, Pak Rahman tidak menyerah. Ia tetap datang setiap hari dengan harapan ada orang yang tertarik membeli. Baginya, hidup adalah tentang berjuang dan bersyukur atas apa yang diberikan. “Selama saya masih bisa berjalan, saya akan tetap berjualan,” kata Pak Rahman tegas.

Kisah kakek ini mengajarkan kita tentang makna kesabaran dan keteguhan hati. Dalam diamnya yang tampak melamun, tersimpan doa dan harapan yang besar.

Bagaimana Kita Bisa Membantu?

Kisah Pak Rahman menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap produk lokal dan tradisional. Mungkin, dengan membeli produk seperti tirai bambu ini, kita tidak hanya mendapatkan barang berkualitas tetapi juga membantu mempertahankan warisan budaya dan semangat juang orang-orang seperti Pak Rahman.

Apakah Anda pernah melihat sosok seperti Pak Rahman di sekitar Anda? Mungkin sudah saatnya kita meluangkan waktu untuk menghargai dan mendukung mereka yang berjuang dengan cara sederhana. Karena di balik dagangan kecil mereka, ada cerita besar tentang hidup dan ketulusan.

By admin