sereperformance.com – Makanan instan seperti mi instan telah menjadi pilihan favorit bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang memiliki jadwal yang padat dan anggaran makan yang terbatas. Namun, di balik kepraktisannya, apa yang terjadi jika kita mengonsumsi mi instan setiap hari? mi instan memang rendah kalori, tetapi juga rendah dalam nutrisi. Kandungan vitamin, mineral, protein, dan serat dalam satu bungkus mi instan sangat rendah. Sebaliknya, makanan cepat saji ini mengandung lemak tidak sehat dan karbohidrat olahan yang tidak baik untuk tubuh.
Efek dari mengonsumsi mi instan setiap hari pada tubuh telah diteliti dan didokumentasikan. Studi yang diterbitkan di Nutrition Research and Practice pada tahun 2017 menunjukkan bahwa konsumsi mi instan secara rutin dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko kardiometabolik. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengonsumsi mi instan lebih dari tiga kali seminggu mengalami peningkatan risiko hipertensi, kadar trigliserida tinggi, dan kadar gula darah puasa yang tinggi.
- Hipertensi: Konsumsi berlebihan mi instan berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, khususnya tekanan darah diastolik. Studi menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi mi instan lebih dari tiga kali seminggu memiliki tekanan darah diastolik yang lebih tinggi, terutama pada wanita. Tekanan darah diastolik adalah indikator sensitivitas terhadap garam, dan mi instan terkenal karena kandungan natriumnya yang tinggi.
- Kenaikan kadar trigliserida: Trigliserida adalah sejenis lemak dalam darah, dan kadar yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Dalam penelitian ini, mahasiswa yang mengonsumsi mi instan tiga kali atau lebih per minggu memiliki kemungkinan dua kali lipat lebih besar untuk mengalami hipertrigliseridemia dibandingkan mereka yang hanya mengonsumsi mi instan kurang dari sekali sebulan.
- Kenaikan kadar gula darah puasa: Mi instan mengandung karbohidrat olahan yang tinggi dan serat yang sangat rendah, yang menyebabkan lonjakan cepat kadar gula darah. Hal ini diperburuk dengan indeks glikemik (GI) yang tinggi pada mi instan, yang berkisar antara 71-87, menempatkannya sebagai makanan dengan GI tinggi. Makanan dengan GI tinggi dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang tiba-tiba, yang berkontribusi terhadap risiko diabetes jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Mengapa mengonsumsi mi instan setiap hari berdampak buruk? Ada beberapa alasan mengapa sebaiknya kita tidak mengonsumsi mi instan setiap hari, di antaranya:
- Tinggi natrium: Salah satu masalah terbesar dengan mi instan adalah kandungan natrium atau garamnya yang sangat tinggi. Satu bungkus mi instan bisa mengandung lebih dari batas asupan natrium yang disarankan. Jika dikonsumsi setiap hari, efek yang mungkin terjadi adalah tekanan darah yang terus meningkat. Inilah mengapa terjadi peningkatan risiko penyakit hipertensi, penyakit jantung, atau stroke. Dalam satu bungkus mi instan rata-rata kandungan natriumnya 1.000 mg. Padahal, dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI batas asupan harian orang dewasa sehari sekitar 1.500 mg.
- Tinggi bahan pengawet: Mi instan sering kali mengandung pengawet seperti TBHQ (Tertiary Butylhydroquinone), yang bisa berdampak buruk jika dikonsumsi secara terus-menerus. Pengawet ini memang aman dikonsumsi dalam dosis kecil. Namun, studi pada hewan menunjukkan, paparan TBHQ terus menerus telah dikaitkan dengan risiko gangguan neurologis dan kanker.
- Tinggi MSG: Selain garam, mi instan juga mengandung penguat rasa seperti monosodium glutamate atau MSG. Beberapa orang yang sensitif terhadap MSG bisa mengalami gejala seperti sakit kepala, mual, tekanan darah tinggi, lemas, otot tegang, dan merinding.
Jadi, masih mau mengonsumsi mi instan setiap hari?