sereperformance.com – Pada 16 Januari 2025, dalam sidang kasus korupsi yang melibatkan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), seorang pegawai Basarnas bernama Kundori menjadi saksi dalam perkara tersebut. Namun, selama persidangan, saksi ini sering mengaku lupa tentang banyak hal yang berkaitan dengan kasus yang sedang dibahas. Keanehan muncul saat dia bisa mengingat dengan jelas isu pribadi, seperti masalah rumah tangga atasannya, yang membuat hakim geram.
Hakim yang memimpin sidang menegur keras sikap saksi yang terlihat tidak kooperatif. Meskipun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh tim penuntut umum berkaitan langsung dengan kasus korupsi, saksi justru lebih lancar menjawab pertanyaan yang berfokus pada urusan pribadi. Sikap ini dinilai mencurigakan oleh hakim yang menyatakan bahwa jika saksi terus-terusan memberikan keterangan palsu atau berusaha menutupi informasi, dia dapat dijerat dengan ancaman pidana.
Dalam proses hukum, memberikan keterangan palsu dapat dikenakan sanksi pidana yang berat. Hal ini mengingatkan semua pihak tentang pentingnya transparansi dan kejujuran dalam proses persidangan. Hakim menegaskan bahwa sikap menghindar atau memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan bisa mempengaruhi jalannya persidangan dan merugikan proses peradilan.
Sidang ini menarik perhatian publik karena melibatkan institusi penting seperti Basarnas, yang memiliki tanggung jawab besar dalam melakukan operasi pencarian dan pertolongan. Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya integritas dalam setiap lapisan pemerintahan dan lembaga negara, baik dalam pengelolaan dana maupun dalam memberikan keterangan di depan pengadilan.
Peringatan yang diberikan oleh hakim ini menjadi pengingat bagi para saksi dan pihak terkait agar selalu menghormati proses hukum dan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya. Keputusan untuk terus memberikan keterangan palsu, apalagi jika tujuannya untuk menutupi perbuatan melawan hukum, dapat berakibat pada konsekuensi hukum yang serius.