sereperformance.com – Perang saudara Suriah yang telah berlangsung lebih dari satu dekade masih menunjukkan dinamika yang penuh ketegangan. Baru-baru ini, pemberontak Suriah yang didukung oleh beberapa kekuatan asing dilaporkan semakin mendekati wilayah Hama, salah satu kota penting yang dikuasai oleh rezim Presiden Bashar al-Assad. Serangan ini menambah tekanan bagi pemerintah Assad yang sudah lama berjuang untuk mempertahankan wilayahnya.
Hama, yang terletak di tengah Suriah, menjadi simbol penting bagi rezim Assad, baik dari segi strategis maupun politik. Kota ini pernah menjadi pusat perlawanan besar pada tahun 1982, ketika pasukan Assad kala itu, yang dipimpin oleh ayahnya, Hafez al-Assad, menumpas pemberontakan dengan kekerasan luar biasa. Kini, dengan pergerakan pemberontak yang semakin mendekat, Hama kembali menjadi titik kritis dalam pertarungan untuk masa depan Suriah.
Serangan Pemberontak dan Respon Assad
Pemberontak Suriah, yang sebagian besar terdiri dari kelompok-kelompok oposisi yang terdiri dari berbagai faksi, mulai mengintensifkan serangan mereka di sekitar Hama. Beberapa kelompok, termasuk mereka yang didukung oleh Turki, menargetkan posisi-posisi penting yang dikuasai oleh pasukan Assad. Sementara itu, serangan udara oleh pasukan pemerintah yang dilaporkan didukung oleh Rusia, terus berlangsung dengan intensitas yang meningkat.
Pemberontakan ini dipicu oleh ketidakpuasan warga Suriah terhadap pemerintahan Assad yang telah memerintah dengan keras selama bertahun-tahun. Rezim Assad yang kini lebih bergantung pada dukungan militer dari Rusia dan Iran menghadapi kesulitan besar, terutama setelah gelombang perlawanan yang telah muncul sejak 2011. Ketegangan ini semakin tajam dengan adanya perbedaan kepentingan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, serta dukungan internasional yang tidak selalu sejalan.
Dampak Internasional dan Perspektif Politik
Langkah pemberontak yang mendekati Hama mempengaruhi situasi internasional. Rusia, yang selama ini menjadi sekutu setia Assad, semakin merasakan tekanan dalam upaya mempertahankan pengaruhnya di Suriah. Sementara itu, negara-negara Barat dan negara-negara Teluk yang mendukung oposisi semakin memperbesar ekspektasi mereka terhadap kemungkinan perubahan rezim. Namun, perang ini telah melibatkan lebih dari sekadar kepentingan politik lokal, karena berbagai negara yang terlibat memiliki agenda mereka sendiri terkait dengan stabilitas regional.
Dalam konteks ini, tekanan terhadap Assad semakin meningkat, baik dari dalam maupun luar negeri. Banyak pihak mulai mempertanyakan masa depan pemerintahan Assad, yang selama ini dikenal dengan pendekatannya yang keras dalam menanggulangi pemberontakan. Dengan Hama menjadi wilayah yang semakin rentan, kemungkinan besar akan ada eskalasi lebih lanjut yang dapat memperburuk keadaan.
Masa Depan Suriah: Tantangan bagi Assad
Hama, sebagai titik strategis yang kini berada di garis depan pertempuran, mungkin akan menentukan arah politik Suriah di masa depan. Jika pemberontak berhasil merebutnya, maka pengaruh Assad di wilayah tersebut akan semakin melemah. Namun, meski menghadapi tekanan yang sangat besar, rezim Assad masih memiliki potensi untuk mempertahankan wilayah yang tersisa melalui serangan udara dan dukungan militer dari sekutu-sekutunya.
Secara keseluruhan, perang Suriah menunjukkan sedikit tanda-tanda akan segera berakhir. Situasi di Hama adalah salah satu contoh bagaimana pemberontakan yang terus berlanjut bisa semakin mengancam keberlangsungan rezim Assad, yang telah begitu lama berkuasa. Meskipun telah mendapatkan dukungan internasional, tantangan yang dihadapi oleh Assad semakin besar, dengan kekuatan pemberontak yang semakin mendekati kota-kota kunci dan ketidakpastian politik yang semakin dalam.