sereperformance.com – Pada awal Desember 2024, situasi politik di Georgia memanas setelah penangkapan pemimpin oposisi terkemuka, Nika Melia. Penangkapan ini memicu gelombang protes besar-besaran di seluruh negara, yang melibatkan ribuan demonstran yang menuntut kebebasan politik dan pengakhiran penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah.
Nika Melia, yang merupakan ketua partai oposisi United National Movement (UNM), ditangkap atas tuduhan menghasut kekerasan dan perusakan selama demonstrasi pada tahun 2021. Namun, banyak yang melihat penangkapan ini sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menekan oposisi dan mempertahankan kekuasaannya. Melia sendiri dan para pendukungnya menanggapi tuduhan tersebut sebagai politisasi hukum untuk membungkam suara kritis.
Sejak penangkapannya, ribuan warga Georgia turun ke jalan untuk memprotes apa yang mereka anggap sebagai langkah otoriter oleh pemerintah Presiden Salome Zourabichvili. Protes ini terutama terpusat di ibu kota Tbilisi, di mana para demonstran menyerukan pembebasan Melia dan perubahan sistem politik yang lebih demokratis. Para peserta protes menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap peningkatan pembatasan kebebasan sipil dan perlakuan terhadap oposisi.
Tuntutan utama dari para pengunjuk rasa adalah pembebasan pemimpin oposisi yang ditangkap, pembaruan sistem hukum yang lebih adil, dan pemberian hak yang lebih besar kepada partai-partai oposisi untuk berpartisipasi dalam politik negara. Demonstrasi ini juga mengungkapkan kekhawatiran terkait kemungkinan meluncurnya tindakan represif lebih lanjut, yang mengancam kebebasan berpendapat dan kebebasan pers di Georgia.
Di sisi lain, pemerintah Georgia membela penangkapan Melia dengan menyatakan bahwa tindakan hukum tersebut dilakukan untuk menjaga ketertiban dan mencegah potensi kekerasan lebih lanjut. Pemerintah juga menegaskan bahwa mereka bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut, meskipun banyak pihak internasional, termasuk Uni Eropa, menyatakan keprihatinan tentang potensi pelanggaran hak asasi manusia dalam penanganan kasus ini.
Penting untuk dicatat bahwa Georgia, yang berada di perbatasan Eropa dan Asia, telah lama berusaha untuk memperkuat posisinya sebagai negara demokratis yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Namun, peristiwa ini mengungkapkan adanya tantangan besar dalam memastikan kemajuan politik dan sosial yang lebih inklusif dan transparan.
Dalam beberapa minggu mendatang, situasi di Georgia diperkirakan akan terus berkembang, dengan fokus utama pada peran oposisi, kebebasan sipil, dan apakah protes-protes ini akan membawa perubahan signifikan terhadap arah politik negara. Penangkapan pemimpin oposisi dan dampaknya bagi stabilitas sosial dan politik Georgia menjadi perbincangan hangat, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.